membuka di jendela baru
PERBARUI 16 April 2024

Apple Developer Academy melakukan ekspansi ke Bali

Indonesia menyambut akademi keempat yang dibuka di negara ini seiring dengan upaya Apple memperluas investasinya pada pelajar dan calon pengembang
Sembilan peserta Apple Developer Academy ditampilkan di dalam ruangan kelas.
Apple memperluas investasinya di Indonesia, meningkatkan peluang bagi pengembang, pelajar, dan pengusaha yang ingin merintis kariernya di industri aplikasi iOS yang sedang berkembang di wilayah ini.
Hari ini Apple mengumumkan akan membuka Apple Developer Academy keempatnya di Indonesia yang berlokasi di Bali, sekaligus memperluas investasinya untuk meningkatkan kesempatan bagi pengembang, pelajar, dan pengusaha yang ingin merintis kariernya di industri aplikasi iOS yang sedang berkembang di wilayah ini.
Setelah Apple Developer Academy pertama di Indonesia dibuka di Jakarta pada tahun 2018, Apple juga telah membuka akademi di Surabaya dan Batam, dan programnya telah diikuti oleh lebih dari 2.000 calon pengembang. Sebagai bentuk dampak yang diberikan oleh akademi ini, 90 persen lulusannya telah mendapatkan pekerjaan di berbagai sektor mulai dari pendidikan, e-commerce, transportasi, keberlanjutan, dan lebih banyak lagi.
“Kita sering melihat bahwa sebaris kode dapat mengubah dunia, dan di Indonesia, kami berinvestasi pada kreativitas dan kemampuan mereka yang bertekad untuk membuktikan hal itu,” kata Tim Cook, Chief Executive Officer Apple. “Kami senang sekali dengan berkembangnya komunitas pengembang di Indonesia, dan kami berharap dapat berinvestasi pada kesuksesan lebih banyak pengembang dengan akademi keempat kami di negara ini.”
Program sembilan bulan dari akademi ini mencakup dasar-dasar pemrograman, serta topik-topik lain seperti desain, pemasaran, dan manajemen proyek, yang akan membekali peserta dengan serangkaian kemampuan yang diperlukan untuk menjadi pengusaha dan pengembang kelas dunia. Untuk mendorong pertukaran budaya, kampus Bali akan menerima pendaftaran tidak hanya dari Indonesia saja, tetapi dari seluruh dunia, terlepas dari latar belakang pendidikan atau pengalaman pemrogramannya. 
Akademi-akademi yang berada di Indonesia menerima peserta dari berbagai latar belakang personal dan profesional. Hingga saat ini, peserta akademi ini berasal dari lebih dari 90 kota di seluruh Indonesia, dengan rentang usia antara 18 hingga 50 tahun, yang masing-masing membawa ide baru dan melibatkan pengalaman hidupnya dalam merancang aplikasi dan membuat rencana bisnis.
Foto Mary Santoso, alumni Apple Developer Academy di Indonesia.
Mary Santoso, pendiri WonderJack, bergabung dengan Apple Developer Academy di Indonesia pada tahun 2022 di usia 38 tahun.
Mary Santoso, yang bergabung di akademi ini pada tahun 2022 di usia 38 tahun, mendirikan WonderJack, game iPad ramah neurodiversitas yang melatih fungsi eksekutif dan proses mental untuk anak-anak. Terinspirasi dari pengalamannya melihat anggota keluarganya yang mengalami disleksia, aplikasi iPad ini menyertakan musik latar yang menenangkan, serta kartu dan objek taktil sehingga anak-anak dapat menikmati pengalaman belajar multisensori bebas stres. Timnya kini berkolaborasi dengan berbagai lembaga pendidikan, termasuk sekolah inklusif di Surabaya, untuk meneliti dan menelaah dampak aplikasi ini.
“Sebagai seorang ibu rumah tangga, Apple Developer Academy membantu saya bertransformasi dan fokus pada misi saya untuk membantu anak-anak yang menghadapi tantangan belajar yang serupa dengan yang dihadapi oleh putri saya,” kata Mary. “Di sana, saya bertemu dengan para peserta dari latar belakang yang berbeda-beda dan memiliki semangat yang sama dengan saya pada pendidikan dan inklusivitas. Panduan dari para mentor membantu kami mengasah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan membekali kami dengan semua yang dibutuhkan untuk mengembangkan WonderJack, sebuah aplikasi yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi semua anak.”
Kurikulum akademi ini mencerminkan pendekatan Apple pada Pembelajaran Berbasis Tantangan, yang mendorong peserta untuk mengatasi tantangan yang dihadapinya secara pribadi, oleh masyarakat, maupun di tingkat global, sekaligus merancangnya secara inklusif untuk memberikan dampak positif pada dunia.
Alumni akademi ini, Graciela Gabrielle, Jessi Febria, dan Yafonia Hutabarat bergabung bersama di akademi Jakarta untuk mengembangkan aplikasi navigasi dalam ruangan pertama di Indonesia yang membantu pengguna tunanetra dan yang memiliki penglihatan kurang baik agar dapat bepergian secara mandiri. Aplikasi bertajuk PetaNetra ini menggunakan jalur augmented reality untuk menyarankan rute paling aman dan paling cepat, dengan mempertimbangkan hal-hal seperti dinding, pola lantai, dan objek lainnya. Tim ini telah menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga ternama, termasuk Perpustakaan Jakarta, untuk memetakan ruangan dan meningkatkan fitur aplikasi ini.
Foto para pendiri PetaNetra, Jessi Febria, Graciela Gabrielle, dan Yafonia Hubarat.
Dari kiri ke kanan: alumni Apple Developer Academy, Jessi Febria, Graciela Gabrielle, dan Yafonia Hubarat mengembangkan PetaNetra, aplikasi navigasi dalam ruangan pertama di Indonesia yang membantu pengguna tunanetra dan yang memiliki penglihatan kurang baik agar dapat bepergian secara mandiri.
“Saya sangat bersyukur bisa menemukan rekan satu tim yang sangat suportif dan berkomitmen tinggi di akademi ini,” tutur Gabrielle, CEO dan salah satu pendiri PetaNetra, yang orang tuanya merupakan penyandang tunanetra. “Sebagai tiga orang pendiri perempuan, kami memiliki semangat yang tinggi untuk menciptakan dampak sosial melalui pekerjaan yang kami lakukan. Hal tersebut yang menginspirasi kami untuk menciptakan PetaNetra, sebuah persembahan bagi orang tua saya dan 4 juta penyandang tunanetra di Indonesia.”
Terdapat ratusan ribu pengembang di Asia Tenggara yang telah membuat lebih dari 90.000 aplikasi di App Store. Selain membangun perusahaan start-up sendiri di Indonesia, banyak lulusan akademi ini yang juga bergabung dengan perusahaan-perusahaan terkemuka di seluruh negara ini, dan berkontribusi pada pengembangan aplikasi dan produk digital dengan keterampilan yang mereka dapatkan di akademi.
Foto Rais Mohammed Najib dan Denis Wibisono dari Bank Mandiri.
Dari kiri ke kanan: alumni Apple Developer Academy, Rais Mohammed Najib dan Denis Wibisono memimpin tim pengembangan iOS untuk Bank Mandiri, bank terbesar di Indonesia.
Alumni akademi ini, Rais Mohammed Najib dan Denis Wibisono kini memimpin tim pengembangan iOS untuk Bank Mandiri, bank terbesar di Indonesia. Hasil kerja mereka mendobrak batasan yang ada untuk memastikan Bank Mandiri menjadi yang terdepan di pasar dan menghadirkan pengalaman mobile banking yang mulus bagi jutaan orang di Indonesia. Selain itu, hampir 40 persen tim pengembangan iOS di bank ini adalah lulusan dari Apple Developer Academy.
“Belajar di akademi ini semakin mengobarkan minat saya pada pengembangan aplikasi iOS,” kata Denis. “Saya percaya bahwa pengalaman ini tidak hanya membekali saya dengan kemampuan pemrograman yang lebih mendalam, tetapi juga melatih saya untuk berpikir kritis, dan keduanya adalah hal penting bagi tenaga teknologi profesional.”
Alumni juga dapat berpartisipasi dalam program edukasi dan sumber daya Apple lainnya, seperti Apple Developer Center di Singapura dan Apple Entrepreneur Camp yang menawarkan bimbingan, inspirasi, dan wawasan tambahan dari tim ahli dan teknisi Apple.
Sejak Apple Developer Academy pertama dibuka di Brasil, program ini telah berkembang ke lebih banyak lokasi di seluruh dunia, termasuk Korea, Indonesia, Arab Saudi, Italia, dan Amerika Serikat.
Bagikan artikel

Media

  • Teks artikel ini

  • Gambar dalam artikel ini

Kontak Pers

Kimberly Mah

Apple

kimberly_mah@apple.com

(65) 9817 0876

Brett Galvin

Apple

brett_galvin@apple.com

(65) 9649 7784